RADIO BAHANA FM>>> RADIO KELUARGA ANDA PASS DI DENGAR PASS DI HATI>>> www.pramesnet.com o RADIO BAHANA FM>>> RADIO KELUARGA ANDA PASS DI DENGAR PASS DI HATI>>> www.pramesnet.com

2011/10/06

KAMIS 6 OKTOBER 2011


Dinkes Bantah Telantarkan Pasien Kanker.
Ngawi, Saliyem 45 th warga asal desa Kedungputri Paron Ngawi yang alami  penyakit langka yakni  perut membuncit layaknya wanita hamil dengan umur 9 bulan, di bantah oleh pihak tenaga kesehatan bila menelantarkan.  Seperti diungkapkan oleh Sunaryo selaku  kasi Penanggulangan dan pencegahan penyakit bersumber pada binatang P2P dinas kesehatan pemkab Ngawi kepada bahana membantah pasien dengan diagnose penyakit Axietas yakni  kelainan pada fungsi hati yang berdampak pada membesarnya vena vorta hingga menimpulkan penampakan perut membuncit tersebut awalnya pasien dalam pantuan tenaga kesehatan di puskesmas Paron Ngawi namun pasien sendiri enggan merujuk kembali atas keinginan pasien” pasien sudah di rujuk oleh bidan desa tetapi tidak mau”  dan pihaknya membantah bila menelantarkan  Saliyem pasalnya pasien sendiri yang  tidak berkenan. 
Namun pernyataan tersebut bertolak belakang dengan pernyataan Saliyem sendiri yang mengaku tidak pernah mendapatkan pengawasan dari petugas kesehatan sejak tahun 2008 lalu, yakni  usai  mendapat advis dari puskesmas Paron ke  rumah sakit umum dr Soeroto Ngawi guna mendapatkan pengobatan dan setelah itu di telantarkan. 

Dari sumber yang kami peroleh bila di suatu desa terdapat penyakit khusus sepertihalnya pasien Saliyem jauh dari progam jamkesmas atau jamkesmasda, Puskesmas setempat mempunyai kewenangan merujuk pasien guna mendapatkan kesehatan optimal  dengan   yakni  dengan kebijakan –kebijakan yang di keluarkan oleh petugas kesehatan namun juga tidak lepas dari peran serta perangkat desa yang memfasilitasi kesembuhan pasien pasalnya hal ini ada kisinergisan antara pasien, pemerintah daerah dan dinas kesehatan sebagai leading sektore yang selama ini  tidak dan hamper jarang terjalin.   
Puluhan tahun di pasung karena gangguan jiwa
Ngawi , Jumitun, 43 th, mengindap sakit jiwa tanpa pengobatan yang memadai karena keterbatasan ekonomi dari pihak keluarganya. Atun demikian panggilan akrab warga asal  Dusun Sulursewu Desa Teguhan Kecamatan Paron-Ngawi tersebut pada dua bulan lalu terpaksa dipasung karena seringkali  mengganggu keselamatan keluarganya dan orang lain.

Bila melihat kondisi Jumitun yang hidup dalam pasungan saat ini, tatapan matanya  menerwang kosong dan seringkali terlihat menangis. Apalagi ketika orang lain yang baru di kenalinya masuk  mendekatinya, ia terlihat seperti orang yang bingung dan malu. Jumitun terpaksa dipasung oleh keluarganya karena waktu akhir-akhir ini sering nekat keluar rumah tanpa tujuan jelas kemudian si penderita kelainan jiwa tersebut mengamuk kepada keluarganya dengan cara melempar apa saja yang ada didekatnya dan tidak jarang keluarga mendapat ancaman.

Sujarno, 67 th, dan Katirah, 59 th, kedua orang tua korban awalnya  tidak sampai hati putrinya hidup dalam keadaan dipasung. Namun karena himpitan ekonomi terpaksa kedua orang tua korban tega bila anaknya harus hidup dalam keadaan yang dialami saat ini. ‘’Mau gimana lagi mau mengobatkan ke dokter atau yang lain yang jelas saya tidak punya apa-apa,’’ terang Sujarno. Seperti yang diketahui kedua orang tua korban pemasungan ini hanya jadi seorang buruh tani yang hidupnya jauh dari kecukupan. Sujarno menambahkan sebelum anaknya dipasung dirinya terpaksa untuk mencari nafkah hanya seorang diri karena istrinya harus menjaga si buah hatinya yang ada dirumah. ‘’Kalau tidak dijaga anak saya ini sering pergi tanpa jelas kemana arahnya,’’ jelasnya.
Gejala aneh yang menimpa Jumitun pada saat awal mengalami gangguan jiwa terjadi sekitar 20 tahun lalu. Ia saat itu sedang merantau ke Jakarta menjadi pembantu rumah tangga, ketika pulang Jumitun kecopetan sehingga seluruh barang bawaan dan dompet yang berisi uang raib. Ketika sampai dirumah Jumitun terus menangis dan dibarengi dengan perilaku yang aneh, kerap kali tersenyum sendirian tanpa sebab dan sering tiduran disembarang tempat. Dalam rentang waktu hampir dua puluh tahun pihak orang tua si korban sudah berulang kali mencari cara penyembuhanya, lewat cara medis hingga paranormal namun  tidak ada perkembangannya “ saya hanya bisa pasrah mas”  ungkap Katirah.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar