Dinkes Bantah
Telantarkan Pasien Kanker.
Ngawi, Saliyem 45 th warga asal desa
Kedungputri Paron Ngawi yang alami
penyakit langka yakni perut
membuncit layaknya wanita hamil dengan umur 9 bulan, di bantah oleh pihak
tenaga kesehatan bila menelantarkan. Seperti
diungkapkan oleh Sunaryo selaku kasi
Penanggulangan dan pencegahan penyakit bersumber pada binatang P2P dinas
kesehatan pemkab Ngawi kepada bahana membantah pasien dengan diagnose penyakit
Axietas yakni kelainan pada fungsi hati
yang berdampak pada membesarnya vena vorta hingga menimpulkan penampakan perut
membuncit tersebut awalnya pasien dalam pantuan tenaga kesehatan di puskesmas
Paron Ngawi namun pasien sendiri enggan merujuk kembali atas keinginan pasien”
pasien sudah di rujuk oleh bidan desa tetapi tidak mau” dan pihaknya membantah bila
menelantarkan Saliyem pasalnya pasien
sendiri yang tidak berkenan.
Namun pernyataan tersebut bertolak belakang dengan pernyataan
Saliyem sendiri yang mengaku tidak pernah mendapatkan pengawasan dari petugas
kesehatan sejak tahun 2008 lalu, yakni
usai mendapat advis dari
puskesmas Paron ke rumah sakit umum dr
Soeroto Ngawi guna mendapatkan pengobatan dan setelah itu di telantarkan.
Dari sumber yang kami peroleh bila di suatu desa terdapat
penyakit khusus sepertihalnya pasien Saliyem jauh dari progam jamkesmas atau
jamkesmasda, Puskesmas setempat mempunyai kewenangan merujuk pasien guna
mendapatkan kesehatan optimal dengan yakni dengan kebijakan –kebijakan yang di keluarkan
oleh petugas kesehatan namun juga tidak lepas dari peran serta perangkat desa
yang memfasilitasi kesembuhan pasien pasalnya hal ini ada kisinergisan antara pasien,
pemerintah daerah dan dinas kesehatan sebagai leading sektore yang selama ini tidak dan hamper jarang terjalin.
Puluhan tahun di pasung
karena gangguan jiwa
Ngawi , Jumitun, 43 th, mengindap sakit jiwa tanpa pengobatan
yang memadai karena keterbatasan ekonomi dari pihak keluarganya. Atun demikian
panggilan akrab warga asal Dusun
Sulursewu Desa Teguhan Kecamatan Paron-Ngawi tersebut pada dua bulan lalu
terpaksa dipasung karena seringkali mengganggu keselamatan keluarganya dan orang
lain.
Bila melihat kondisi Jumitun yang hidup dalam pasungan saat
ini, tatapan matanya menerwang kosong
dan seringkali terlihat menangis. Apalagi ketika orang lain yang baru di
kenalinya masuk mendekatinya, ia
terlihat seperti orang yang bingung dan malu. Jumitun terpaksa dipasung oleh
keluarganya karena waktu akhir-akhir ini sering nekat keluar rumah tanpa tujuan
jelas kemudian si penderita kelainan jiwa tersebut mengamuk kepada keluarganya
dengan cara melempar apa saja yang ada didekatnya dan tidak jarang keluarga
mendapat ancaman.
Sujarno, 67 th, dan Katirah, 59 th, kedua orang tua korban awalnya
tidak sampai hati putrinya hidup dalam
keadaan dipasung. Namun karena himpitan ekonomi terpaksa kedua orang tua korban
tega bila anaknya harus hidup dalam keadaan yang dialami saat ini. ‘’Mau gimana
lagi mau mengobatkan ke dokter atau yang lain yang jelas saya tidak punya
apa-apa,’’ terang Sujarno. Seperti yang diketahui kedua orang tua korban
pemasungan ini hanya jadi seorang buruh tani yang hidupnya jauh dari kecukupan.
Sujarno menambahkan sebelum anaknya dipasung dirinya terpaksa untuk mencari
nafkah hanya seorang diri karena istrinya harus menjaga si buah hatinya yang
ada dirumah. ‘’Kalau tidak dijaga anak saya ini sering pergi tanpa jelas kemana
arahnya,’’ jelasnya.
Gejala aneh yang menimpa Jumitun pada saat awal mengalami
gangguan jiwa terjadi sekitar 20 tahun lalu. Ia saat itu sedang merantau ke
Jakarta menjadi pembantu rumah tangga, ketika pulang Jumitun kecopetan sehingga
seluruh barang bawaan dan dompet yang berisi uang raib. Ketika sampai dirumah
Jumitun terus menangis dan dibarengi dengan perilaku yang aneh, kerap kali
tersenyum sendirian tanpa sebab dan sering tiduran disembarang tempat. Dalam
rentang waktu hampir dua puluh tahun pihak orang tua si korban sudah berulang
kali mencari cara penyembuhanya, lewat cara medis hingga paranormal namun tidak ada perkembangannya “ saya hanya bisa
pasrah mas” ungkap Katirah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar