Pasca bom bunuh diri Petugas blusuk’an
cari terorisme tidak ingin kecolongan
dan Tak tersentuh tim medis warga Paron membuncit layaknya orang hamil
SB
Polres Ngawi laksnakan giat anti teroris pasca bom bunuh diri yang
terjadi di gereja injil kepunten Solo Jawa tengah bulan lalu, nampaknya menjadi peristiwa yang mencoreng dan tidak
ingin kecolongan kembali peristiwa pelik yang tewas korban sipil. Pasca kasus bom bunuh diri hingga berita
ini kami
turunkan petugas polres Ngawi nampak
sibuk dengan keluar masuk perhotelan, warnet, gelar operasi ranmor, pemeriksaan mobil box di perbatasan, dan pemasangan foto-foto langsung
para pelaku bom bunuh diri dan
kawanannya yang sampai saat ini belum
tertangkap oleh petugas” operasi akan
pihaknya terus laksnakan dan tidak tanggung-tanggung tidak sepekan sekali
bahkan setiap hari petugas melakukan razia antiterorisme” ungkap Kapolres Ngawi AKBP Eko Trisnanto melalui Kasubag Humas AKP I Wayan
Murtika.
Sasaran kawanan pengembom asal Cirebon ini dapat dikatakan amatiran namun
punya kenekatan yang cukup tinggi walaupun tidak mempunyai daya ledak
tinggi asal bisa membawa korban terlebih
lagi bagi warga selain umat muslim mereka
para pelaku yang sudah di baiat menjadi pasangan bom akan merelakan segala cara
untuk keberhasilan jihad dalam anggapan mereka.
Sehingga petugas juga melakukan razia terhadap kendaraan box yang melintas memasuki wilayah hokum
Ngawi baik itu melintasai perbatasan
masuk Jawa Tengah – Jawa Timur dan juga
para pengemudi yang beristirahat di hotel-hotel kelas melati di Ngawi.
“ cukup di Solo saja menjadi contoh kita(POLRI) adanya peristiwa bom bunuh diri, polres Ngawi
akan terus melakukan pengawan dan pemantuan di segala aspek untuk pencegahannya”
Sebelumnya petugas juga telah
menggandeng toma dan toga agar kiranya perkembangan
terosrime di tingkat bawah dapat di
antisipasi sejak dini, dan petugas
mengakui keberhasilan petugas tidak
lepas dari peran serta masyarakat
sendiri yakni kerjasama” imbuh kasubag humas Polres Ngawi.
SB
Ngawi , di rumah dengan sangat sederhana hanya berukuran 4x4, Saliyem 45th
hanya bisa terbaring lemah dengan kondisi penyakit yang membuat perutnya terus membesar, hingga melebihi wanita hamil
dengan usia 9 bulan. Di rumah berdinding
ayaman bambu Saliyem hidup bersama ibu
kandungnya Suwuh 66 th yang sejak awal
merawat penyakit Saliyem setiap hari,
yang cukup memprihatinkan keluarga
korban tidak mengetahui penyakit yang di derita putrinya tersebut hingga tim
medis baik dari Puskesmas dan dinas
kesehatan belum pernah menyentuh korban. “ tiap hari saya yang merawat anak saya, karena keterbatasan dana hanya bisa merawat
seadanya perawat dan dokter belum pernah memberi obat karena tidak punya biaya” ungkap
Suwuh terbata.
Derita yang dialami Saliyem sejak tahun 2008 lalu ini dapat dikatakan langka, awalnya dari merasa
kembung saja dan nyeri. Tidak tahan dengan deritanya dengan bermodal surat
tidak mampu atau SKTM dari keluraha, Saliyem dan keluarga berobat ke Puskesmas
selanjutnya di rujuk ke RSU Dr Soeroto Ngawi dan Saliyem di rawat dengan penangan yang
seadanya. Dan lucunya saat keluarga
menanyakan perihal sakit yang di derita Saliyem, dokter tidak pernah member jawaban
. karena keterbatasan dana dan ekonomi yang
pas-pasan Saliyem hanya di rawat selama 2 minggu dan hingga kini di
rawat di rumah tanpa mendapatkan pengawasan dari pihak medis. “semua sudah habis mas, harta benda yang saya milki keluarga hanya bisa pasrah kepada yang diatas
perihal penyakit yang dialami putrinya tersebut” tambah Suwuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar