JELANG KENAIKAN BBM PARA PEMILIK SPBU BATASI PENJUALAN BBM
DAN PARA BOCAH-BOCAH MALANG KARENA KURANGNYA PENGAWASAN HARUS BERTARUH NYAWA.
SB
Lia hari ini kami
awali dari informasi social ekonomi jelang kenaikan bahan bakar minyak
oleh pemerintah yang isukan bakal dilaksanakan per april 2012 mendatang. Kenaikan BBM untuk premium dari 4500 menjadi
6500 dan solar dengan kenaikan sama pula,
oleh pemerintah cukup membuat gejolak aksi penolakan-penolakan dari
berbagai elemen masyarakat terlebih lagi
para mahasiswa yang menyuarakan kepedihan masyarakat miskin dari dampak
kenaikan BBM tersebut, namun jauh dari permasalahan itu di tingkat masyarakat
menengah ke bawah sendiri, tengah bergejolak untuk mendapatkan keuntungan
sendiri di situasi pemerintah yang tengah tarik-ulur dari kenaikan BBM acapkali
melakukan aksi borong BBM menggunakan jirigen. Guna mengantisipasi aksi borong
dari para warga tersebut yang memanfaatkan situasi kenaikan BBM, nampaknya
pemerintah dan pemilik SPBU tengah
mengantisipasi kelangkaan yang akan terjadi.
Sepertihalnya untuk para petani guna kebutuhan irigasi dengan bahan
bakar solar, bila membeli dengan membawa
jirigen wajib menyertakan surat keterangan dari pemerintahan desa atau
perangkat setempat hal ini untuk mengantisipasi ulah oknum yang tidak
bertanggung jawab dengan memanfaatkan situasi sedangkan pengecer premium wajib
membawa kartu beli sehingga hal ini untuk mengetahui bahwa konsumen tersebut
telah membeli di SPBUnya dengan jangka 2 hari sekali. Hal ini
seperti diungkapkan oleh Sunarto pemilik SPBU yang terdapat di jalan A.
Yani ditambahkannya selain melaksanakan himbuan pemerintah pihaknya juga tidak
menginginkan berhubungan dengan pihak petugas bila melakukan penjualan di luar
ketentuan yang berlaku.
SB
Di tegaskan oleh Sunarto dalam sehari karena keterbatasan
solar yang di stok oleh pihak pertamina ia hanya menjual 70 liter sedangkan
untuk premium para pengecer hanya di batasi 10liter perhari.
SB
Sementara itu dari polres Ngawi dapat kami informasikan
dengan kisah 2 bocah malang
yang karena kurangnya pengawasan dari orangtua mereka masing-masing nyawa
menjadi taruhan. Kejadian pertama
menimpa M. Ilham Rosaqi 12th
pelajar warga Dusun Geduro Desa Cepoko Ngrambe tengah asik bermain
dengan 3 rekan-rekannya usai sekolah di
sungai desa setempat namun nahasnya korban yang tidak pandai berenang ini
bermaksud membasuh kakinya di pinggir sungai
tiba-tiba Ilham dengan panggilan akrab korban terpeleset, dan langsung
kecebur ke sungai dengan kedalaman 3 meter dari permukaan tanah ini sehingga
membuat tubuh korban tidak dapat menggapai bibir sungai. 3 rekan korban sendiri
yang mengetahui kejadian tersebut tidak dapat berbuat apa-apa dan hanya berteriak
minta tolong kepada warga sekitar. Pencaharian tubuh korban yang hanyut oleh
sungai dilakukan para warga dan tim SAR hampir lebih dari 1 hari, yang pada
akhirnya menemukan korban sudah tidak bernyawa. Sementara kejadian kedua
terjadi di Dusun Wonosobo Desa Sriwedari Ngawi Brian 2,5 th dilaporkan hilang
di pinggir sungai masuk Desa setempat.
Peristiwa nahas yang bermula dari korban di tinggal oleh kakeknya Suyono
hendak melaksanakan sholat lima waktu yang kemudian menitipkan Brian kepada
tetangga yakni Suryanto, karena melihat brian tengah asik dengan bola mainannya
Suryanto sendiri merasa aman akan keberadaan brian sendiri yang kemudian Sur
tinggal untuk mengambil makan namun sial setelah ia selesai menyantap makanan
dan guna mencari keberadaan Brian sudah tidak ada di awal tempat bermainnya.
Setelah para keluarga korban berusaha melakukan pencaharian keberadaan korban
di beberapa tempat salah satu warga dengan identitas Jumadi mengetahui Brian
tengah asik bermain bola di pinggir sungai yang hanya meninggalkan jejak kaki
dan bola bermain korban.
SB
Kasubag Humas polres Ngawi AKP I Wayan Murtika saat
dikonfirmasi bahana membenarkan kejadian tersebut, untuk kasus Brian bocah 2,5
th yang saat ini masih menjadi pencaharian pihak petugas dan warga, kuat dugaan
korban sendiri terjebur di sungai namun
belum ditemukan jasadnya sejak hari minggu lalu
dan melihat 2 kejadian diatas merupakan keteledoran dari para orangtua
sendiri dalam memberikan pengawasan kepada putra-putri mereka yang di
mengharapkan hal ini tidak terulang
kembali menimpa warga Ngawi dan sekaligus memberikan pembelajaran bagi para
orangtua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar