SEKOLAH KARANTINA BINAAN MI NURUL SALAM DIAKUI MENGANTARKAN KEBERHASILAN ANAK DIDIKNYA DAN TKW NGAWI MENINGGAL TERINDIKASI HIV JENASAH TIDAK ADA YANG MERAWAT.
LIA hari ini kami awali dari sebuah yayasan di desa Mantingan guna mempersiapkan anak didiknya menghadapi ujian penentu akhir nasional belajar 9 tahun dikarantina selama 4 bulan, dan mereka berhubungan dengan pihak luar cukup dibatasi. Ada –ada saja guna mempersiapkan siswa-dan siswinya dalam ujian penentu di akhir pendidikan di Madrasah Ibtidayah Nurul Salam desa Sambirejo Mantingan Ngawi sedikitnya 22 anak didikanya selama 4 bulan terakhir ini mendapatkan pembinaan ekstra keras dari para pembimbingnya untuk mempersiapkan mereka dalam menghadapi ujian akhir nasional. Seperti diungkapkan oleh Moch Ilays selaku kepala sekolah MI Nurul Salam yang merupakan ponpes binaaan dari Gontor 1 ini selama di karantina mereka hanya di perbolehkan belajar dan berdoa sedangkan berhubungan dengan pihak luar sepertihalnya keluarga dan media elektronik hanya sekitar 1 jam seusai pukul 19 wib. Menurutnya karena penentu ujian dan keberhasilan seorang siswa hanya belajar dan berdoa kepada sang khalik sehingga mereka di berikan waktu itu saja tidak ada akses yang lain, pertemuan dengan pihak keluarga hanya di saat keluarga memberikan bekal makanan selama karantina. Karena hal ini sudah menjadi kesepakatan bersama antara orang tua dan sekolah sehingga tidak ada yang merasa di rugikan dan kegiatan ini sudah lama berlangsung.
SB
Sementara itu Kepala dinas pendidikan dan kebudayaan pemkab Ngawi drs. Abimanyu kepada Bahana menanggapi adanya sekolah karantina tersebut dinilai secara positif menurutnya sekolah karantina dengan pembinaan keagamaan sekaligus memberikan pendidikan tersebut secara tidak langsung mencetak karakter serta menciptakan siswa akan budi pekerti pasalnya saat sekarang marak sekali aksi kriminalitas yang di picu dari berlebihannya akses media elektronik sehingga dengan pembatasan serta memfokuskan diri pada belajar yang di harapkan mendapatkan hasil memuaskan.
SB
Sementara itu Dedi S Wibowo cukup menyayangkan kepada warga desa Gentong Paron Ngawi yang tidak memberikan perawatan jenasah Supriyani atau Yuliana 24 th di saat terakhirnya di dunia pasalnya dalam prosesi pemakaman, jenasah TKW ini tidak di mandikan karena alasan takut tertular virus HIV Aids yang di derita korban. Yuliana merupakan pahlawan devisa asal desa Gentong Paron Ngawi ini di deportase oleh Pemerintah Thailand karena mengidap penyakit yang cukup mematikan dan belum ada obatnya ini diderita setelah korban terjerumus di perkerjakan sebagai PSK di bangkok oleh PJTKI ilegal yang memberangkatkannya, sebelum meninggal korban sempat mendapatkan perawatan di rumah sakit dr Soeroto Ngawi selama 2 hari. Seperti diungkapkan oleh Daryono orang tua korban Ana tiba-tiba meninggal secara mendadak pasalnya sepulang dari tempatnya bekerja dulu sudah baik-baik saja dan sudah bisa berjalan. Karena alasan takut akan penyakit korban serta permintaan warga korban tidak di mandikan di rumah melainkan oleh pihak rumah sakit. Ketakutan warga yang tidak berkprimanusiaan tersebut di sayangkan oleh anggota dewan. Dedi selaku wakil ketua komisi 2 DPRD Ngawi seharusnya para tokoh agama dan pemerintah daerah tanggap akan kejadian tersebut dengan memberikan sosialisasi bahwa penyakit HIV Aids tidak seperti penyakit flu atau batuk yang dapat menular namun penyakit tersebut dapat tertular dengan adanya kontak langsung dengan korban sehingga tidak terjadi kembali proses pemakaman orang dengan penyakit HIV Aids tidak terlunta-lunta seperti halnya kasus yang dialami keluarga Yuliana .
SB
Sementara itu Edi Waluyo selaku kabid rehabilitasi dinsosnakertrans pemkab Ngawi dengan meninggalnya Yuliana menambah daftar TKW yang meninggal akibat di deportase dari tempat kerjanya karena menderita penyakit HIV Aids di jelaskannya dari data yang pihaknya miliki saat sekarang, 4 TKW menderita ODEHA 3 diantaranya sudah meninggal dan yul menjadi yang terakhir meninggal pihaknya mengharapkan kepada warga Ngawi untuk lebih waspada dengan PJTKI yang tidak resmi pasalnya mereka yang menjanjikan dengan memberikan gaji menggiurkan namun kenyataannya korban di jerumuskan ke lokalisasi dilluar negeri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar