RADIO BAHANA FM>>> RADIO KELUARGA ANDA PASS DI DENGAR PASS DI HATI>>> www.pramesnet.com o RADIO BAHANA FM>>> RADIO KELUARGA ANDA PASS DI DENGAR PASS DI HATI>>> www.pramesnet.com

2011/06/17

JUM'AT 17 JUNI 2011

Panen ikan  masih di minati  warga pinggir sungai akibat kurang gisi pertumbuhan supriyono tidak sempurna dan gara-gara foto wanita idaman lain suami tending istri.

SB
Lia hari ini kami awali dengan peristiwa yang cukup mengundang perhatian massa. Di sungai dungus anak bengawan madiun ini, banyak warga asal desa kampung baru dan sekitarnya sedang melakukan kegiatan panen ikan pergantian musim atau yang lebih dikenal dengan “Pladu”. Tidak tanggung-tanggung, lebih dari 30 pencari ikan menceburkan diri berbekal tenggok atau saringan ikan. Meskipun kegiatan yang lumrah terjadi di setiap pergantian musim kemarau, rupanya hal ini mampu menyedot perhatian pemakai jalan jembatan dungus. Tidak sedikit pemakai jalan yang berhenti di tepi jalan atau bahkan di tengah jalan jembatan, hanya untuk memperhatikan keasyikan pencari ikan tersebut. Fenomena yang mengundang senyum pelihatnya ini, juga mengakibatkan kemacetan di tengah jembatan.

SB
Ironi memang, kegembiraan yang dirasakan pencari ikan di sungai dungus rupanya sangat berlawanan dengan yang dirasakan Supriyono. Bocah berumur 6 th ini mempunyai kisah yang cukup memilukan, kondisi tubuhnya sangat memprihatinkan. Di usianya yang sekarang ini, bentuk tubuhnya yang sangat kecil lebih menyerupai anak yang berumur 1 th. Dia adalah anak dari seorang ibu yang terbelenggu kemiskinan, bahkan keberadaan bapaknya juga tidak diketahui semenjak ia lahir. Sri, ibu Supriyono, melahirkannya tanpa seorang suami, bahkan di usianya yang masih di bawah umur yaitu 15 th. Siang tadi saat  Priono, begitu panggilan akrabnya, menjalani perawatan kesehatan di puskesmas Gemarang Kedunggalar Ngawi.Warga dusun Ngadirejo, desa Gemarang Kedunggalar Ngawi, Sri mangatakan bahwa kondisi anaknya ini dikarenakan kurangnya asupan gizi sejak Supriyono berada dalam kandungan, sehingga dalam kandungan maupun masa tumbuh kembang anak, dia tidak mendapatkan tambahan asupan kebutuhan gizi sama sekali  kecuali. Satu-satunya makanan layak gizi yang dikonsumsi Priono berasal dari pemberian tenaga kesehatan pendamping yang selama ini mengawasi tumbuh kembangnya.  Priono sekarang tinggal dan di rawat oleh neneknya. Sejak kecil dia diasuh dan dirawat oleh nenek tercintanya. Sri, si ibu, tidak mau mengasuh bocah ini dikarenakan malu memiliki anak tanpa kejelasan seorang suami. Tinah, nenek Priono, mengatakan bahwa dia sangat memprihatinkan keadaan tubuh cucunya tersebut. Di usianya yang 6 th itu, berat badannya tidak lebih dari 8 kg. Tinah juga menuturkan kepada media bahwa Supriyono hampir tidak pernah lepas dari dekapannya kemanapun ia pergi. Cucu mungilnya itu selalu berada di pangkuannya karena tubuhnya tidak dapat berkembang layaknya bocah pada umumnya. Bocah kecil itu sangat lemas tak berdaya dan salah satu kakinya tidak dapat bergerak normal. Hal ini disebabkan oleh terlalu seringnya Priyono berada dalam pangkuan neneknya. Penderitaan Priono tidak berhenti disitu saja, rupanya bocah malang ini juga mengalami keterbelakangan mental.
 SB
Sementara itu  Hadi Murbianto selaku  kasi gizi dinas kesehatan Kabupaten Ngawi, kepada Bahana Balita Sup dengan keadaan yang cukup memprihatinkan membenarkan keberaddan Balita Sup yang memiliki kondisi memprihatinkan. Bocah itu masih terdata sebagai salah satu  pasien yang berada dalam pengawasan dinas kesehatan. Supriono sejak lahir pasien sudah menjadi proyek penelitian kekurangan gizi di desa tersebut. Hal ini dilakukan untuk dapat menyelamatkannya dari kekurangan gizi tingkat berat. Dia menambahkan kondisi tersebut dikarenakan factor ekonomi. Kekurangan gizi semacam ini adalah penyakit yang menyertai penderita sejak lahir sehingga mengakibatkan terganggunya perkembangan balita secara umum. Ditegaskannya selama setahun terdata terdapat 300 hingga 350 balita dengan gisi buruk. Jumlah ini dapat dikatakan sudah menurun dari tahun sebelumnya yakni  2008 angka gisi buruk capai 800 balita.

SB
Sementara itu ibarat menyimpan bangkai pasti terendus juga. Nampaknya peribahasa ini sangat pas untuk kisah pasutri warga asal desa Dumplengan Pitu Ngawi yang berbuntut suami korban di polisikan karena kasus KDRT.  Kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dialami oleh Okti 25 th, bermula dari korban yang menemukan foto perempuan lain di dompet suaminya.  Foto yang diambil  secara diam-diam tersebut nampaknya di sadari oleh Heri 29 th suaminya yang saat itu hendak berangkat kerja. Awalnya hanya cekcok mulut diantara keduanya, namun karena sudah sama-sama terpengaruh emosi tinggi,  Heri melampiaskan amarahnya dengan tendangan bertubi-tubi kearah istrinya. Tendangan itu mengenai pergelangan tangan kiri Okti sehingga mengakibatkan memar.  Karena mengalami penganiyaan, korban segera melaporkan kejadian ini kepada pihak berwajib. Kasus penganiayaan ini sekarang dalam penanganan petugas PPA mapolres Ngawi.
SB
Kasubag Humas polres Ngawi AKP  I Wayan Murtika kepada Bahana membenarkan kejadian tersebut dan saat sekarang  kasus KDRT tengah didalami petugas PPA mapolres Ngawi. Tindakan pelaku ini dapat diancam pidana penjara selama 3 tahun lebih atas perlakuan kasar kepada istrinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar