DI DUGA KERACUNAN BELASAN WARGA SINE DILARIKAN KESARANA KESEHATAN DAN BABAK
KETIGA PEMERIKSAAN SAKSI PEMBUNUHAN WIGATI KEMBALI DI GELAR DI PENGADILAN.
SB
Lia hari ini kami awali dengan belasan
warga Dusun Gondorejo, Desa Hargosari, Kecamatan Sine-Ngawi kemarin terpaksa
harus dilarikan ke Puskesmas Sine karena diduga keracunan saat menyantap
makananan dirumahnya Kadri (50 th) warga setempat sekitar tiga hari yang lalu
pukul 16.00 WIB. Akibatnya, sebanyak 14 orang yang menyantap makanan pada
malamnya mengalami muntah disertai pusing yang terus menerus bahkan sempat yang mengalami jatuh pingsan. "Awalnya
saya dan makan sayur nangka pemberian dari nenek saya demikian juga anak saya
yang masih balita tersebut, tidak berselang lama kemudian kepala merasa pusing,
langsung mual muntah dimungkinkan sayur
nangka tersebut didapat dari rumahnya Pak Kadri setelah nenek saya bekerja
menanam padi disawahnya," terang Samsiati, Kamis (10/5).
Menurut Fajar suami dari Samsiati menerangkan dari ke empat anggota
keluarganya yang dilarikan ke Puskesmas Sine baru satu orang yang diperbolehkan
pulang untuk menjalani perawatan jalan. Sedangkan istri dan ibunya serta
putranya Irfan Maulana (3 th) karena kondisinya masih mengkhawatirkan terpaksa
belum diperbolehkan pulang oleh tenaga medis. "Terasanya itu kalau ndak
salah pada malamnya namun setelah sampai siang belum sembuh terpaksa kemarin
pukul 11.00 WIB saya bawa kesini (Puskesmas Sine-red)," urai Fajar. Dengan
peristiwa tersebut mendasar informasi yang ada tim gerak cepat dari Puskesmas
Sine yang terdiri surveylence, P2P, perawat dan petugas sanitasi langsung
meluncur ke Desa Hargosari untuk mengambil sample makanan yang dikonsumsi para
warga yang keracunan.
SB
Sementara dari pihak Puskesmas Sine sendiri saat dikonfirmasi media sesuai
penjelasan Dr Yeni Suryani, sampai sejauh ini sebanyak 14 warga Desa Hargosari
menjalani perawatan setelah diduga akibat keracunan makanan. "Pada umunya
mereka mengalami pusing dan mual-mual disertai muntah maka dengan demikian kita
berikan edukasi agar mereka selalu banyak minum dan makan karena biasanya nafsu
makanya jelas menurun drastis jadi jangan sampai terkena dehidrasi kembali dan
memang ada beberapa pasien yang kita pantau karena menjadi titik waspada kita
kalau mereka belum ada perkembangan yang membaik maka segera akan kita rujuk
," jelas Dr Yeni Suryani. Kemudian terkait sample makanan dari rumahnya
Kadri yang diduga menyebabkan warga mengalami keracunan saat itu juga langsung
dikirim ke laboratorium di Surabaya. "Sampai sekarang belum diketahui zat
apa yang terkandung dalam makanan tersebut," terangnya lagi.
Dengan adanya peristiwa yang cukup menggegerkan warga, pihak Polsek Sine
langsung mengamankan beberapa makanan yang dianggap berbahaya. "Sehubungan
dengan peristiwa tersebut kita sudah meminta keterangan dari Ny Kadri yang saat
itu memasak sayur nangka dan terik, dan seperti keterangan yang bersangkutan
cara memasaknya pun biasa biasa saja, namun kita tetap mengamankan barang bukti
untuk kita periksakan di laboratorium untuk mengetahui zat yang
terkandung," terang Kapolsek Sine, AKP Suwadji.
SB
Sementara itu dari pengadilan negeri Ngawi dapat kami informasikan, Warti ibunda mendiang Wigati korban pembunuhan
sadis yang diotaki Heri Martono suaminya awal tahun lalu, tak kuasa menahan air
mata. Dirinya harus berulang kali menutup mata dengan kedua tangan dan kerudung
kepala saat majelis hakim (MH) yang diketuai Robert menunjukan jaket korban
yang masih terdapat bercak darah. Wanita paroh baya yang dihadirkan Jaksa
Penuntut Umum (JPU) dalam sidang lanjutan yang mengagendakan keterangan saksi
itu mengaku masih trauma bila melihat barang-barang milik korban.‘’Benar itu
jaketnya. Mohon maaf saya tidak mau melihat. Masih trauma,’’ kata Warti yang
kelihatan shok saat membeberkan keterangan dihadapan majelis hakim. Jaket lusuh
warna kecoklat-coklatan itu yang membuat dirinya kepikiran dengan kematian tragis
Wigati. Bagaimana tidak? Jaket tersebut merupakan miliknya yang sengaja
dipinjamkan ke korban. Itu dimaksud untuk menangkal rasa dingin selama
perjalanan pulang ke Bringin. Heri Martono ngotot mengajak pulang Wigati meski
hujan masih menguyur. ‘’Sudah saya ingatkan jangan pulang dulu, tapi suaminya
(Heri Martono, red) tidak mau. Ya nekat memakai jas hujan,’’ terangnya.
SB
Selama satu jam duduk dihadapan majelis hakim, Warti memang kerap berlinangkan
air mata. Terlebih saat bercerita seputar luka yangdialami Wigati. Terdapat 16 tusukan di sekujur tubuh
korban. Yang paling parah dibagian punggung dan perut. ‘’Hutang pati harus
dibayar pati. Saya tidak rela
anak saya mati tidak wajar seperti itu. Heri (Heri Martono, red) harus dihukum
mati, biar setimpal dengan perbuatannya,’’ paparnya. JPU Hadi Marsudiono
mengatakan, saksi tunggal yang dihadirkan mulai mengarah ke titik permasalahan.
Yakni, pembunuhan berencana yang dilakukan
Heri Martono, Budiyono dan Suyono. Warti bercerita gamblang kronologis sebelum
peristiwa pembunuhan yang merenggut nyawa Wigati. Meski Warti bukan saksi
kunci, keterangan yang diutarakan sudah mengungkap fakta-fakta tindakan kejam
itu. ‘’Seputar barang bukti yang ditunjukan ke saksi (Warti, red) hampir
semuanya mengenal. Begitu pula dengan kronologis waktu sebelum peristiwa
pembunuhan tersebut,’’ tegasnya. Dalam persidangan lanjutan yang diagendakan
Selasa (15/5) pekan depan, JPU masih akan menghadirkan sejumlah saksi lagi. Cuma
Hadi belum bisa memberikan identitas siapa saja yang akan didudukan dihadapan
majelis hakim nantinya. ‘’Ya untuk saksi mahkota (Budiyono dan Suyono, red) mungkin
belum. Ada dari keluarga
korban dan warga sekitarnya,’’ jelasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar